Thursday, November 15, 2012



Ceritanya ini adalah sebuah cerita atau mimpi atau nyata.

Hari Rabu sore kemarin, saya pergi ke Majestik bersama Evelyn tujuannya adalah fitting kebaya untuk wisuda. Alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan hanya perlu di perbaiki sedikit di beberapa bagian. Sebetulnya dari Majestik saya ingin langsung pulang, badan saya sudah lelah, karena saya berenang di pagi hari dan tidak tidur sesudahnya ( karena template sesudah berenang adalah makan lalu tidur ). Tetapi Evelyn meminta saya untuk menemaninya makan ayam kalasan favoritnya di daerah Panglima Polim dan dia sudah memberi tahu beberapa hari sebelumnya kalau ada ingin yang dia ceritakan, cerita sedih. 

Kami bercerita, ber-gossip seperti yang biasa kami lakukan. Evelyn sedang ada masalah di rumahnya, jadi dia malas untuk pulang dan meminta untuk ditemani hingga jam 9 malam. Saya sudah mulai terlalu kelelahan, akhirnya saya bertanya apa cerita sedih yang mau di ceritakan. Tapi Evelyn tidak mau cerita di tempat ini, ramai dan terang, katanya mood dia akan langsung berubah kalau bercerita masalah ini. 

"Cen, ceritanya di taman sana aja yuk, yang sepi"

Ah, saya memilih untuk duduk di tempat yang bisa sambil minum, yang ada penjualnya. Evelyn bersikeras untuk bercerita di tempat yang sepi, dia pun menawarkan pilihan lain. 

"Deket birdcage cen, deket sekolahan yang ada tong sampahnya, kata Edward disitu enak"

Dia memang sms terus-terusan dengan pacarnya, Edward. Yasudahlah, saya pun mengalah, namanya juga lagi sedih. Setelah sampai di tempat yang dia maksud, Evelyn pun bercerita. Masalahnya cukup rumit, karena berhubungan dengan orang-orang yang menyeramkan. Bingung harus bagaimana, saya pun cuma bisa berkata seadanya. 

Evelyn si perokok yang katanya sudah jarang merokok, dia pun keluar mobil untuk pergi merokok. Saya pun akhirnya turun dan duduk disebelahnya, mati gaya saya kalau berdiam sendirian di dalam mobil. Evelyn bercerita kalau Edward sedang ngambek karena dia belum juga pulang, ah dasar laki-laki. 

"Cen, aku beli teh dulu yah, haus banget ini, mudah-mudahan masih bisa mesen"

Evelyn pergi ke seberang membeli teh di warung yang sepertinya sudah mau tutup. Saya tidak ikut beranjak, terlalu malas untuk berdiri. Tiba-tiba dari kanan saya ada 2 laki-laki yang mengenakan hoodie  dan penutup mulut. Wah ada bomber pikir saya. Tapi mereka menuju ke arah saya, dan tiba-tiba menggotong saya. Saya sesungguhnya sangat terkejut, tapi dari film-film yang saya tonton, saya mempelajari bahwa dalam keadaan seperti itu saya harus tenang, saya juga sempat berpikir bahwa saya sedang dikerjai. Tapi kenapa lama-lama mereka makin heboh, muka saya ingin ditutup dengan kain, dan salah satu dari mereka mencoba menggambil kunci mobil saya. Tangan kiri saya sudah berada di bawah kolong mobil, handphone dan kuncil mobil saya pegang erat-erat dan saya berusaha jauhkan dari badan saya agar tidak dapat diambil. Posisi saya sudah terlentang ditanah, kaki saya di pegang, muka saya ingin ditutup dengan kain. Evelyn datang dan berteriak-teriak memanggil nama saya, namun dia disingkirkan oleh salah satu dari mereka. 

"Peee...peee"
"Epe, could you help me please?"

Saya lemas dan tidak tau harus berbuat apa, Evelyn sepertinya susah menolong saya, dia dihadang salah satu dari mereka. Dengan sok tenang, sambil kaki saya menendang menonjok apapun yang terjangkau, saya gigit tangan yang berusaha merogoh kunci mobil saya. Kacamata saya sudah entah dimana, celana saya hampir melorot, saya tetap menendang dan menonjok. Entah tidak ada orang di sekitar situ, tapi tidak ada yang menolong saya. 

Dan tiba-tiba mereka berlari, entah kemana. 

Saya kesal, sungguh kesal. Lalu saya mengambil paper spray yang ada di mobil dan berharap kalau ketemu lagi saya bisa menyemprotkan ke wajah mereka. Ceritanya mau balas dendam (sok). Akhirnya saya masuk ke mobil, ingin pulang. Selama perjalanan pulang saya hanya diam, berpikir, menerka-nerka, Evelyn yang duduk di kursi sebelah ketakutan menelpon (atau di telpon) pacarnya.

Sesampainya di rumah, saya masih bisa tenang dan bercanda sambil browsing film-film korea bersama Evelyn. Saya malas membahas kejadian tadi, nanti saja kalau mood saya udah happy. Saya menyarankan Evelyn agar dia di jemput saja oleh Edward, sudah terlalu malam.  Sembari menunggu Evelyn di jemput, saya ingin istirahat sebentar di kamar saya yang dingin, hari ini terlalu melelahkan. Tidak lama kemudian, Evelyn sudah di jemput, ah cepat sekali, saya baru tertidur sebentar.

"Cendyyy, Happy Birthdaay, happy birthday to you"

Saya hampir menangis, kaget, perasaan campur aduk. Banyak sekali yang datang ke rumah saya. Tiba-tiba di kejauhan saya melihat pacar saya yang katanya ke Jogja, yang katanya lagi kerja, yang katanya lagi dengerin ceramah ekonomi, yang katanya baru pulang ke Jakarta tanggal 16. Saya sangat percaya dia ada di Jogja  untuk bekerja dan sempat  sedih karena tau dia tidak ada di Jakarta sewaktu ulang tahun saya.

Ternyata dua lelaki yang saya kira bomber itu adalah temannya Idham, Gopak dan Faris. Saya sungguh   merasa bersalah karena saya sudah menendang muka, menggigit tangan, tonjok asal sana sini semata-mata demi keselamatan diri dan Roxxane. Swkatu kejadian, pikiran saya bercabang, mungkin ini saya sedang di kerjai, tapi kalau saja ini sungguhan dan saya benar-benar di culik, saya tidak bisa membayangkan seperti apa saya nanti, seram juga.

Ternyata sewaktu makan ayam kalasan, saya di kasih obat tidur di minuman saya. Yang untungnya tidak mempan, saya memang terasa lelah, tapi saya masih bisa menahan untuk tidak tertidur. Sayang yang menemani Idhams sewaktu membeli obat itu, dia bilang obat itu untuk temannya yang dari USA yang biasa meminum obat itu, obat buat pusing akut katanya.

Ternyata cerita Evelyn yang menyeramkan dan sedih itu fiktif belaka, saya sudah merasa sedih dan perihatin untuk Evelyn.

Ternyata rencana sebenarnya bukan seperti ini, semua rencana digagalkan oleh saya. Rencana awalnya lebih jahat (saya kesal ketika Idham menunjukkan film referensi penculikan, video kidnapping for dummies, menceritakan saya harusnya diapakan saja).

Saya sesungguhnya sempat curiga, karena ada beberapa hal yang janggal, tapi saya ga mau ge-er. Tapi dibalik drama malam yang menegangkan itu, dibalik semua kebohongan yang terjadi, saya senang luar biasa. Saya selalu senyum-senyum sendiri kalau mengingat hari itu, seperti mimpi. Saya sangat senang karena masih ada mengingat hari saya, karena teman-teman saya yang luar biasa yang mau meluangkan waktunya untuk saya, karena pacar saya yang hebat yang sudah merencanakan drama yang menegangkan ini.

Umur saya di dunia makin berkurang, walaupun kebanyakan orang bilang kalau umur itu bertambah. Harapan saya? Saya ingin bisa menjadi manusia yang selalu bersyukur, bersyukur di kelilingi orang-orang yang luar biasa hebat, bersyukur atas segala hal yang sudah diberikan oleh Tuhan.

Dan..saya ingin menjadi secret agent.


 I thank you all for the super suprise, words can't describe how happy I am.





Sebuah kejutan lainnya dari Idham dan sebuah kiriman paket dari Diva Meshia :)


No comments:

Post a Comment