Saturday, May 5, 2012



Berawal dari teman saya Annisa Hendrato atau yang biasa dipanggil Nisul mengirimkan link website yang isinya tentang Festival Solo Menari 24 Jam. Secara random kami memutuskan untuk pergi ke Solo. Ditengah kesibukan Tugas Akhir, di tengah mengejar deadline, saya pergi ke Solo. Ini baru pertama kalinya saya pergi ke Solo, maka dari itu saya sangat bersemangat.

Kami akhirnya mencari tiket kereta, kami menggunakan kereta Senja Utama, dikarenakan kami ingin tepat waktu tiba di Solo pagi hari, kami mengharapkan tiket promo masih tersisa, tapi sayangnya sudah habis. Perjalanan dari Jakarta ke Solo menghabiskan waku kurang lebih 10 jam. Dan ternyata kami tiba di waktu yang sudah di janjikan.


Setibanya di Solo, kami langsung menuju Slamet Riyadi menggunakan becak. Karena hari Minggu, ternyata di Solo juga ada CFD (Car Free Day). Tapi agak sedikit berbeda dengan di Jakarta, di Solo bisa dikatakan semuanya-serba-ngumpul-disini. Di jalan besar ini, ada yang Tae Kwon Do, komunitas perliharaan reptil, anjing yang hanya sekedar berkumpul mengajak jalan-jalan binatang peliharaannya, ada yang bermain pingpong, voli, badminton, komunitas origami, ada panggung acara, booth jajanan, sampai ada yang bermain catur dan sepertinya masih banyak kegiatan yang lainnya. Ternyata festival menari baru mulai jam 8 pagi, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil minum es (saya lupa apa namanya) + roti. Trotoar di Jalan Slamet Riyadi ini besar sekali, jadi banyak sekali yang berjualan disana. Di jalan besar ini terdapat Wi-Fi, bangku di pinggir jalan, pohon-pohon yang meneduhkan. Satu kata, wow!



Akhirnya Festival Menarinya pun dimulai, saya kira pestival ini akan diadakan 24 Jam di sepanjang jalan Slamet Riyadi, namun ternyata festival ini dilaksanakan di beberapa tempat. Seru sekali, berbagai macam tarian ada di festival ini, dari tarian daerah sampai kontemporer, dari yang kecil sampai yang tua. Kostum yang penuh warna yang sangat memanjakan mata.


Setelah melihat iring-iringan orang yang menari, kami memutuskan untuk mencari penginapan, badan terasa sangat pegal, rasanya ingin cepat-cepat menaruh tas kami. Akhirnya kami berjalan ke arah Keraton Surakarta, kata anak muda yang kami sempat ngobrol-ngobrol di perjalanan, disana banyak tempat penginapan. Sesampainya di pasar batu akik, kami bertanya kepada tukang becak, ada dua tukang becak yang menyarankan tempat penginapan, dan akhirnya kami memilih untuk melihat penginapan yang berada di belakang Slamet Riyadi. Nama penginapannya hotel Nirwana, cukup bersih dan besar untuk harga 60 ribu permalam. Memang terlihat seperti kamar rumah sakit, tapi itu tidak menjadi masalah yang penting nyaman.


 Setelah bersih-bersih, istirahat sebentar, lalu kami bergegas untuk sarapan. Di perjalan mencari makan, kami melewati pasar ngarsopuro yang sedang mengadakan lomba paskibra. Saya terkejut melihat banner tempat makang "Nasi Sop Sapi Rp. 2000". Sempat terharu "Suul, itu makanan apaan cuma dua ribu, makanan boongan ya?". Mana ada di Jakarta makanan semurah itu, Rp 2000 belum tentu dapat aqua botol. Akhirnya kami memutuskan makan nasi kari. Terharu kuadrat, saya hanya mengeluarkan Rp 4000, enak dan kenyang. 

 Nisul mempunyai janji untuk bertemu dengan saudara pacarnya, namanya Epih. Kami berencana untuk naik bis wisata tingkat dua. Saya sangat bersemangat, karena belum pernah naik doubledecker sebelumnya. Bertemu di Grand Solo Mall, ternyata festival menari juga diadakan disana.  Setelah melihat beberapa pertunjukkan tari, dengan naik becak bertiga, kami menuju pool tempat Wekundara (nama bis tingkat dua). Kata Epih, kita harus duduk yang diatas, dan setelah jalur kembali, kita harus bergantian dengan penumpang yang berada di bawah. Namun karena penumpangnya tidak terlalu banyak, kami bisa tetap berada diatas sampai kembali ke pool. Duduk diatas itu sangat membuat mengantuk, walaupun suka ngeri kalau ke senggol pohon, tidak menghalangi saya untuk tidur. Anginnya sepoi-sepoi, cuacanya pas. Di perjalanan pulang, saya terbangun kaget dikarenakan ada ranting pohon yang masuk yang hampir menghantam saya, namun di tangkap oleh ibu yang duduk di sebelah saya.


Malamnya kami makan malam dan ke mampir ke rumah Epih, sesudahnya kami pergi ke ISI untuk melihat pertunjukkan tari lainnya. Ramai sekali yang menonton pertunjukkan tari disini. Kami tidak mengikuti acara sampai habis, karena akan berlangsung hingga pagi. Jadi hanya beberapa grup yang kami lihat. Ternyata yang berpartisipasi tidak hanya dari Solo, dari daerah lain juga berpatisipasi, Padang, Yogya, Riau, dll. Favorit saya Pragina Gong, ternyata mereka pernah menjadi finalis Indonesia Got Talent (saya baru tau karena sudah tidak pernah nonton TV). Mereka menggabungkan unsur tradisional Indonesia dan modern.



"Pak Kidi becaknya ganti yah pak, kok ini lebih kecil becaknya, bapak punya bacak yaah?"

Keesokan harinya, di depan hotel kami, Pak Kidi sudah menunggu didepan. Pagi sekali, akhirnya kami ke Pasar Gede, sekedar mencari sarapan dan berkeliling pasar. Disana saya membeli teh pelangsing (namun sampai sekarang baru diminum 1 kali, karena efeknya harus bolak balik toilet). Setelah dari pasar gede kami melanjutkan perjalanan ke Pasar Ngarsopuro, untuk melihat barang-barang antik. Nisul mencari kelereng, dan beruntungnya salah satu toko disana menjual kelereng. Saya hanya melihat-lihat saja, banyak barang yang ingin saya beli, tapi sayangnya saya tidak menyiapkan dana lebih. Karena kami belum mempunyai tiket pulang, kami mampir sebenar ke stasiun untu mecari kereta ekonomi. Namu sayang sekali, kami kurang beruntung, tiket ekonomi sudah habis terjual, kecewa sangat kecewa, jadinya berat di ongkos, dan akhirny kami pergi ke stasiun tempat kami tiba untuk membeli tiket bisnis. Kelelahan, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke hotel, bersih-bersih, lalu istirahat. Setelah istirahat kurang lebih 2 jam, kami beranjak untu pergi ke alun-alun utara, jalan kaki dari hotel ke alun-alun utara, ternyata jauh juga. Sayang sekali sebelumnya hujan, jadi yang berjualan sepi. Kami duduk-duduk di angkringan sambil bercerita, dengan ditemai hujan. Setelah lama menunggu hujan yang idak kunjung reda-reda, akhirnya kami memutuskan untuk naik becak ke sebuah restoran untuk bertemu dengan Epih. Saya lupa nama restorannya apa, tapi disitu ada kipas angin besar sekali yang minta dicuri karena gemes tiada tara. Kenyang, kami berencana duduk-duduk cantik sambil minum susu murni. Letaknya tidak jauh dari restoran tempat kami makan. Hujan belum juga reda, akhirnya kami memutuskan menggunakan taksi untuk menuju hotel.

"Besok lagi yah pak tolong anter kita, jam 9 an yaaa"


"Pak Kidi kok datengnya pagi banget"
"Iya mba, gapapa saya nunggu aja"
"Yaudah kita mau cari makan dulu yah pak di deket sini"

Tidak jauh dari hotel kami, kami makan Selat Solo. Enak, saya baru pertama kali mencoba. Handphone Nisul berbunyi, sms masuk, "Mba saya udah di depan hotel yaah". Bingung, karena tadi kita bertemu, mungkin Pak Kidi lagi skip jadinya mengingatkan. Setelah sarapan, kami menuju hotel, menyapa Pak Kidi. Tapi kenapa ada 2 becak, setelah berdsikusi sambil bingung sambil ketawa-ketawa dan mencoba menelepon Pak Kidi, ternyata bapak tukang becak itu adalah Pak Kidi yang sebenarnya!

Jadi kemarin itu seharian kita pergi dengan siapa?Kenapa bapak itu setiap dipanggil dengan nama Pak Kidi nyaut?

Ini adalah kejadian terlucu selama saya di Solo, mungkin memang sudah rejeki bapak itu, Bapak KidiX (saya tidak tau namanya siapa). Akhirnya Nisul meminta maaf kepada bapak KidiX dengan alasan udah dipesankan becak sama saudara. Hari ini jadwal padat dan hari ini adalah hari terakhir kami di Solo. Kami pergi ke Pasar Klewer untuk berbelanja dan melihat batik. Setelah itu kami pergi ke tempat pembuatan peti mati, satu daerah yang hampir semuanya berbisnis peti mati. Baik sekali bapak dan ibu tempat kami melihat-lihat, padahal cuma sebentar, kami disuguhi minuman. Bapak itu bercerita tentang sejarahnya kenapa daerah itu banyak yang menjual peti mati, tentang macam-macam peti mati, tentang peti mati yang susah dibuat. Bapak itu juga bercerita bahwa dia mempunyai foto barong dalam bentuk nyata. Katanya "ditaruh saja di internet biar orang-orang tau".




Karena tidak tau tujuan selanjutnya mau kemana, Pak Kidi mengajak kami ke tempat sablon ukuran besar. WOW! Saya baru pertama kali ke pabrik massal tempat kain-kain yang biasa dijual di pasar-pasar. Kain-kain ini juga di ekspor keluar negeri, Brazil salah satunya. Kain-kain di bentangkan dan yang menyablon 2 orang, disisi kanan dan kiri. Setelah semua warna sudah siap, kain-kain ini di panaskan, lalu digantung diatasnya. Setelah Kering, kain-kain ini dicuci, lalu di jemur. Seru sekali dapat melihat proses sablon massal. Dan saya membayangkan tugas kuliah saya yang harus menyablon baju 6 lusin.


Setelah itu kami makan siang di ayam goreng Widura. Bentuknya seperti ayam goreng biasa, tapi rasanya, luar biasa, berbeda. Lalu kami menuju alun-alun selatan, berputar-putar sambil dijelaskan sejarah keraton oleh bapak tourguide. Favorit saya adalah kaca yang terdapat di ruang makan keraton. Sambil menunggu jam 5, bapak Kidi mengajak kami ke Taman Balai Kambang. Saya suka sekali taman ini, tersedia wi-fi, banyak binatang yang dibiarkan berkeliaran, rindang. Seperti taman pada umumnya, kebanyakan pasangan yang duduk-duduk di taman Balai Kambang. Epih akhirnya menyusuli kami untuk salam perpisahan. Kami menuju stasiun, tidak lupa foto dengan Pak Kidi yang baik hati. 



Semoga saya bisa kembali lagi ke Solo melihat semua festival yang ada. Amin